RGB1688 – Arman, tidak pernah menyangka hidup akan membawa begitu banyak komplikasi setelah ayahku menikah lagi. Istri Saudara Tiriku membawa serta anak laki-lakinya, Rendi, ke dalam keluarga kami. Awalnya, aku dan Rendi tidak begitu akrab, tetapi seiring waktu, kami belajar untuk hidup berdampingan. Rendi adalah tipe pria ambisius, yang sering kali terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Hidupnya selalu tentang kesuksesan dan pengakuan. Setelah menikah dengan seorang perempuan bernama Maya, dia semakin jarang di rumah.
Maya, yang awalnya kukenal sebagai perempuan ceria dan penuh semangat, perlahan berubah. Sikapnya menjadi dingin, senyumnya jarang terlihat. Aku sering bertemu dengannya saat mampir ke rumah mereka untuk urusan keluarga. Hari itu, hujan deras mengguyur. Aku mampir ke rumah Rendi untuk mengantarkan dokumen penting yang diminta ayah. Namun, yang membukakan pintu adalah Maya, wajahnya terlihat lesu dan tubuhnya tampak lemah. Dia mempersilakanku masuk, lalu dengan suara pelan, dia mengungkapkan bahwa dia sedang tidak enak badan. Rendi, seperti biasa, tidak ada di rumah. Aku merasa iba melihatnya seperti itu.
“Kalau kamu butuh sesuatu, bilang saja,” kataku. “Aku bisa bantu.”
Maya hanya mengangguk dan mencoba tersenyum, tetapi matanya menyiratkan sesuatu yang lain kesepian yang mendalam. Aku tahu betapa sibuknya Rendi, tetapi aku tidak pernah membayangkan dia meninggalkan istrinya dalam keadaan seperti ini.
Aku memutuskan untuk tinggal sebentar dan memastikan dia baik-baik saja. Sambil duduk di ruang tamu, aku melihat rumah yang dulu terasa hangat kini sepi dan dingin. Maya akhirnya duduk di sofa di seberangku, mengenakan selimut untuk menghangatkan tubuhnya.
“Terima kasih, Arman. Kamu perhatian sekali,” katanya pelan.
Ada Sesuatu yang Membuat Hatiku Terguncang
Ada sesuatu dalam cara dia mengatakannya yang membuat hatiku terguncang. Aku tahu seharusnya aku tidak merasa seperti ini, tetapi aku tidak bisa mengabaikan perasaan aneh yang muncul setiap kali aku melihatnya. Maya bukan hanya cantik; dia juga penuh dengan kelembutan yang membuat siapa pun ingin melindunginya.
Aku mencoba mengabaikan perasaan itu dan fokus pada hal lain. Namun, ketika aku melihat Maya berusaha berdiri tetapi hampir terjatuh, refleksku langsung menangkapnya. Tanganku memegang lengannya, dan dalam jarak sedekat itu, aku bisa merasakan kehangatan tubuhnya dan melihat wajahnya lebih jelas.
“Arman…” bisiknya, dengan nada yang penuh keraguan.
Aku merasa bimbang. Ini adalah istri saudara tiriku, tetapi melihatnya begitu tak berdaya membuatku sulit untuk menahan diri. Aku segera membantu Maya kembali duduk, berusaha menjaga jarak yang seharusnya ada.
“Maaf, aku hanya ingin memastikan kamu tidak apa-apa,” kataku sambil mencoba mengalihkan perhatian.
Namun, detik itu juga, aku tahu bahwa apa yang kurasakan ini bukan hanya rasa kasihan. Ini adalah sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit, dan lebih salah. Aku harus pergi sebelum perasaan ini membawaku ke jalan yang tidak seharusnya. Aku tahu aku harus melawan perasaan ini, tetapi apakah aku sanggup?