RGB1688 – Suasana malam hari yang begitu tenang, hanya ditemani suara burung yang berkicau lembut di kejauhan. Tsubasa Amami, seorang wanita muda yang baru pindah ke lingkungan itu, berdiri di depan pintu tetangganya sambil membawa sepiring kue buatan sendiri. Dia baru saja selesai memanggang dan berpikir untuk memperkenalkan diri kepada tetangga baru, sesuai kebiasaan ramah tamah yang selalu dia pegang teguh.
Tok, tok, tok! Tsubasa mengetuk pintu perlahan. Tak lama, pintu terbuka, dan seorang pria paruh baya dengan senyum ramah menyapanya. Namanya Pak Hendra, salah satu tetangga yang sering terlihat merawat taman depan rumahnya dengan penuh perhatian.
“Oh, Tsubasa-san, selamat sore! Ada yang bisa saya bantu?” tanya Pak Hendra, sambil menyeka tangannya yang basah karena baru saja menyiram tanaman.
“Baca Juga: Ameri Ichinose Senang Membantu 50 Laki-laki yang Membutuhkan Pekerjaan”
“Sore, Pak Hendra. Saya cuma ingin memberikan ini,” ujar Tsubasa, menyerahkan sepiring kue cokelatnya. “Saya baru pindah beberapa hari lalu, dan saya ingin mengenal tetangga-tetangga di sini.”
Pak Hendra tersenyum lebar. “Ah, terima kasih! Ini kue buatan sendiri, ya? Anda benar-benar baik hati.”
Mereka berbincang sebentar di depan pintu. Pak Hendra mengundang Tsubasa untuk masuk, menawarkan segelas teh hangat sebagai tanda terima kasih atas kue yang diberikan. Tsubasa, yang awalnya ragu, akhirnya setuju.
Tsubasa Amami Berkunjung ke Rumah Pak Hendra
Rumah Pak Hendra terlihat rapi dan penuh dengan suasana hangat. Di meja ruang tamu, ada vas bunga mawar merah yang terlihat segar, mengisi ruangan dengan aroma manis. “Silakan duduk, Tsubasa-san,” ujar Pak Hendra, sambil meletakkan secangkir teh di depan tamunya.
Obrolan mereka mengalir begitu saja, dari topik ringan seperti cuaca hingga cerita tentang lingkungan sekitar. Tsubasa merasa nyaman dengan keramahan Pak Hendra, seolah-olah mereka sudah lama saling mengenal. Dia bercerita tentang pekerjaannya di bidang seni dan betapa dia suka tinggal di lingkungan yang tenang seperti itu.
Pak Hendra, yang mendengar dengan penuh perhatian, sesekali mengangguk. “Anda pasti akan betah di sini. Tetangga-tetangga kami ramah, dan suasananya juga mendukung untuk orang-orang yang suka berkarya.”
Ketika matahari mulai tenggelam, Tsubasa merasa sudah waktunya untuk pamit. “Terima kasih, Pak Hendra, atas teh dan obrolannya. Saya benar-benar merasa diterima di sini.”
“Jangan sungkan kalau butuh apa-apa, Tsubasa-san,” balas Pak Hendra. “Saya senang punya tetangga yang baik seperti Anda.”
Hari itu, Tsubasa Amami pulang ke rumah dengan senyum di wajahnya. Pertemuan kecil itu membuatnya merasa lebih yakin bahwa dia telah membuat keputusan yang tepat untuk tinggal di lingkungan baru. Dia tak sabar untuk mengenal tetangga lainnya dan berbagi momen-momen kecil yang menghangatkan hati.