RGB1688 – Pagi itu, aku terbangun dengan tubuh yang terasa lelah. Setelah seminggu penuh bekerja tanpa henti, rumahku berantakan seperti kapal pecah. Saat aku berdiri di depan wastafel, mencoba memulai dengan mencuci piring, terdengar suara ketukan di pintu. Dengan rasa penasaran, aku membuka pintu dan menemukan dua tetangga cantik, Rina dan Ayumi, berdiri di sana dengan senyum cerah.
“Pagi, Taka! Kami melihatmu terlihat sibuk akhir-akhir ini. Apa kamu butuh bantuan?” tanya Rina, yang selalu tampak anggun dengan rambut panjangnya yang tergerai.
“Ya, rumahmu terlihat seperti sedang perang!” canda Ayumi sambil terkekeh.
Aku tersipu malu, tetapi sebelum aku sempat menolak, mereka sudah masuk ke rumahku tanpa menunggu jawaban. “Tidak apa-apa, kami senang membantu,” kata Rina sambil melepas jaketnya dan menggulung lengan bajunya.
Tetangga yang Baik Hati
Ayumi langsung menuju dapur, sementara Rina mulai membereskan ruang tamu. Aku hanya bisa berdiri terpaku melihat mereka bekerja dengan cekatan. Dalam sekejap, suara air mengalir terdengar dari dapur, dan piring-piring kotor mulai berkurang satu per satu. Ayumi bahkan sesekali bersenandung kecil, membuat suasana yang sebelumnya suram terasa hangat.
“Kenapa kamu hanya berdiri di sana? Ayo, bantu kami,” seru Ayumi sambil melirik ke arahku.
Aku akhirnya bergabung, membantu Rina menyapu lantai. Dia berbicara dengan lembut, menceritakan bagaimana dia dan Ayumi sering saling membantu mengurus rumah tangga di lingkungan ini. “Kamu masih lajang, kan? Kami tahu pekerjaan rumah bisa melelahkan kalau sendirian,” katanya sambil tersenyum.
Setelah dapur bersih, Ayumi beralih ke kamar mandi, sementara aku dan Rina mengurus tumpukan pakaian kotor. “Jangan khawatir, kami tidak akan lama. Kami hanya ingin memastikan kamu punya waktu untuk istirahat,” ujar Rina sambil melipat pakaian bersih dengan rapi.
Ketika semuanya selesai, rumahku kembali terlihat rapi. Mereka bahkan sempat membuatkan teh hangat untuk kami bertiga nikmati di ruang tamu. “Wah, ini pertama kalinya rumahku terlihat seperti ini dalam beberapa bulan,” kataku dengan nada terharu.
“Kami senang membantu. Kalau kamu butuh bantuan lagi, jangan ragu untuk memanggil kami,” ujar Ayumi sambil tersenyum.
Saat mereka bersiap pulang, aku merasa ada sesuatu yang berbeda dalam suasana hatiku. Kehadiran mereka tidak hanya membantu meringankan pekerjaanku, tetapi juga memberiku rasa kebersamaan yang sudah lama hilang.
“Terima kasih banyak. Aku benar-benar beruntung punya tetangga seperti kalian,” kataku dengan tulus.
Mereka hanya tertawa kecil sebelum pergi, meninggalkan aroma teh hangat dan kenangan manis di rumahku. Hari itu, aku belajar bahwa kadang-kadang, kebaikan dari para tetangga datang dari tempat yang tidak terduga.