RGB1688 – Hari itu aku terbangun di ranjang rumah sakit dengan tubuh lemah. Kecelakaan kecil di tempat kerja membawaku ke sini, dan aku tidak tahu harus menghabiskan berapa lama dalam ruangan serba putih ini. Aku masih merasa asing, tapi suasana dingin itu mulai berubah ketika dia masuk. Namanya Nita, seorang perawat cantik dengan senyum menenangkan dan mata yang memancarkan kehangatan. Dia memperkenalkan dirinya sambil memeriksa infusku. Sentuhan tangannya terasa lembut di kulitku. Hanya sekadar menyentuh jarum infus di lenganku, tapi entah kenapa ada getaran kecil yang kurasakan. Dia melakukannya dengan penuh perhatian, seperti seorang teman lama yang peduli.
“Hari ini Mas harus banyak istirahat. Kalau ada yang kurang nyaman, bilang saja,” katanya sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk, tapi dalam hati, aku tahu dia sudah berhasil membuatku merasa lebih baik.
Waktu berlalu, dan Nita sering datang ke kamar rawatku. Kadang hanya untuk memeriksa kondisi fisik, kadang membawa obat, tapi ada saat-saat ketika dia duduk di sampingku dan bertanya, “Bagaimana perasaan Mas hari ini?” Pembicaraan itu kecil, sederhana, tapi entah kenapa hatiku terasa hangat setiap kali dia ada di dekatku.
“Baca Juga: Hubungan Tak Terduga Saat Istri Saya Mengundang 2 Temannya Datang Menginap di Rumah”
Malam itu, aku merasa sedikit demam. Belum sempat aku memencet bel, pintu kamar terbuka, dan Nita masuk dengan nampan kecil berisi alat medis.
“Mas terlihat tidak enak badan,” katanya sambil menempelkan termometer di dahiku. Sentuhannya dingin tapi nyaman, seperti mencoba meredakan panas yang mulai menjalar di tubuhku.
“Maaf kalau aku merepotkan,” gumamku pelan.
Senyuman Lembut dari Perawat Cantik
Dia hanya tersenyum. “Ini memang tugasku, Mas. Tapi kalau aku bisa membuat pasien merasa lebih baik, itu bukan beban, melainkan kebahagiaan.”
Saat dia mengganti kompres di dahiku, aku tak bisa menahan diri untuk tidak memerhatikan wajahnya lebih lama. Ada sesuatu yang membuatku lupa bahwa aku sedang terbaring sakit—mungkin senyumnya, mungkin caranya memperlakukan aku dengan begitu lembut, atau mungkin keduanya.
“Mas harus cepat sembuh, ya. Biar tidak lama-lama di rumah sakit,” ujarnya sambil membereskan alat-alat medisnya. Sebelum pergi, dia menarik selimutku dengan hati-hati, memastikan aku merasa nyaman.
Malam itu aku merasa lebih baik, bukan hanya karena obat atau perawatan, tapi karena kehadirannya yang memberi ketenangan di tengah kesendirian. Perasaan itu mungkin berlebihan, tapi kehangatan yang dia berikan berbeda dari yang pernah kurasakan sebelumnya.
Hari-hari berlalu, dan aku akhirnya diizinkan pulang. Saat berpamitan, Nita tersenyum seperti biasa, kali ini dengan mata sedikit berkaca-kaca.
“Semoga sehat selalu, ya, Mas,” katanya. Aku hanya mengangguk, menahan perasaan yang sulit dijelaskan.
Kisah singkat bersama perawat cantik mengajarkanku bahwa kehangatan seseorang tidak selalu datang dari orang yang kita kenal lama. Kadang, ia datang dari pertemuan singkat, penuh makna, dan meninggalkan kesan yang tak mudah dilupakan.