Para Ibu-Ibu Berkumpul Hanya untuk Bergosip tentang Seorang Duda yang Tinggal Sendirian

RGB1688 – Di sebuah kompleks perumahan yang tenang, pagi itu suasana riuh di rumah Bu Maya. Para ibu-ibu dari lingkungan sekitar berkumpul untuk arisan, tetapi seperti biasa, arisan ini lebih sering menjadi ajang berbagi cerita—atau tepatnya, bergosip.

“Eh, kalian tahu nggak, si Dimas, duda di rumah nomor 8 itu, sekarang tinggal sendirian. Istrinya sudah meninggal dua tahun lalu, kan?” kata Bu Maya, memulai topik yang langsung menarik perhatian.

“Ya ampun, Dimas itu kan masih muda, ya? Dan tampan juga,” tambah Bu Ratna sambil menyeruput teh hangatnya. “Tapi kasihan juga, rumahnya berantakan terus. Aku lihat dia sering beli makanan di luar.”

“Benar! Kalau aku lewat pagi-pagi, dia kayaknya nggak pernah menyapu halaman. Mungkin dia terlalu sibuk kerja, ya?” ujar Bu Linda, yang dikenal paling suka mengamati kehidupan tetangga.

“Baca Juga: Tetangga yang Tinggal di Sebelah Rumah Saya Datang Membantu Pekerjaan Rumahku”

Bu Siska, yang biasanya pendiam, tiba-tiba angkat bicara. “Sebenarnya, aku sempat ngobrol sama dia waktu aku bawa kue ke rumahnya minggu lalu. Dia bilang dia kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan mengurus rumah.”

Percakapan semakin seru. Setiap lbu-ibu di ruangan itu punya cerita atau teori masing-masing tentang Dimas. Mereka sepakat bahwa pria itu adalah sosok yang menarik, meski kehidupannya tampak berantakan.

“Eh, gimana kalau kita ajak dia ikut kegiatan lingkungan? Biar dia nggak terlalu kesepian,” usul Bu Maya.

“Bagus juga idenya! Tapi aku rasa, kita harus pelan-pelan. Jangan sampai dia merasa risih,” sahut Bu Ratna.

Di tengah obrolan itu, tawa kecil dan komentar jenaka saling bersahutan. Meski bernada iseng, ada keinginan tulus dari para ibu-ibu untuk membantu Dimas, meskipun sebagian dari mereka mungkin menyimpan rasa penasaran yang lebih dari sekadar tetangga biasa.

Ibu Ibu Datangi Rumah Seorang Duda

Beberapa hari kemudian, rencana mereka dimulai. Dengan alasan membagi sisa makanan arisan, Bu Maya dan Bu Ratna mendatangi rumah Dimas. Mereka mengetuk pintu, dan tak lama kemudian, Dimas muncul dengan wajah sedikit bingung.

“Oh, Bu Maya, Bu Ratna, ada apa ya?” tanyanya sopan.

“Kami hanya ingin berbagi makanan. Kebetulan tadi ada arisan di rumah saya, dan makanan ini pasti sayang kalau tidak dihabiskan,” jawab Bu Maya dengan senyum lebar.

Dimas menerima dengan ramah, meski tampak sedikit canggung. Mereka memanfaatkan momen itu untuk mengobrol singkat, menanyakan kabar, dan menawarkan bantuan jika Dimas membutuhkannya. Dalam hati, Dimas merasa terharu. Meski tidak pernah mengungkapkan, dia memang sering merasa kesepian sejak kepergian istrinya.

Setelah hari itu, para lbu-ibu menjadi lebih sering terlibat dalam kehidupan Dimas. Ada yang datang untuk membantu membersihkan rumah, ada yang mengajaknya bergabung dalam kegiatan warga, dan ada pula yang diam-diam berharap bisa lebih dekat dengannya.

Meskipun awalnya hanya dimulai dari gosip, perhatian para ibu-ibu ini membawa warna baru dalam kehidupan Dimas. Sementara mereka asyik membicarakan dia di setiap pertemuan arisan berikutnya, Dimas merasa bahwa dia akhirnya menemukan keluarga baru di tengah lingkungan yang peduli padanya.

You cannot copy content of this page

Scroll to Top