RGB1688 – Kost kami cukup unik, dengan kamar-kamar yang hanya dipisahkan oleh dinding tipis dan jendela kecil di bagian atas. Setiap gerakan atau suara dari kamar sebelah sering kali terdengar, termasuk suara langkah kaki, tawa kecil, atau bahkan suara pintu yang terbuka. Melihat Gadis Cantik di kamar sebelah adalah Rena, seorang wanita cantik yang baru pindah beberapa bulan lalu. Dia memiliki kepribadian yang ramah dan senyum yang menular, membuat semua penghuni kost, termasuk aku, tidak bisa mengabaikannya. Rena sering terlihat mengenakan pakaian kasual yang sederhana, tetapi entah bagaimana dia selalu tampak menawan.
Malam itu, aku sedang duduk di mejaku, mencoba menyelesaikan tugas kantor. Namun, konsentrasiku terpecah ketika suara langkah kaki terdengar dari kamar sebelah. Aku tahu itu Rena, mungkin baru saja pulang kerja. Aku mendengar dia membuka lemari, diikuti oleh suara gemerisik kain.
“Baca Juga: Di Dalam Rumah yang Sepi Hanya Tersisa Kami Berdua untuk Menghabiskan Waktu Bersama”
Dinding tipis antara kamar kami memiliki celah kecil di bagian atas. Secara tidak sengaja, mataku tertuju ke arah celah itu, dan aku melihat bayangan samar Rena bergerak. Dia tampaknya sedang mengganti pakaian. Aku tertegun sejenak, merasa bersalah tapi tak mampu langsung mengalihkan pandangan.
Rena tampak tenang, tidak menyadari kehadiranku di sisi lain dinding. Cahaya dari lampu kamarnya memantulkan siluet tubuhnya, menunjukkan lekuk yang sempurna. Aku segera menundukkan kepala, menyadari betapa salahnya aku untuk mengintip, meski hanya sekilas.
Melihat Gadis Cantik Saat Sedang Mengganti Pakaian
Perasaan bersalah itu terus menghantuiku. Aku memutuskan untuk mengetuk pintu kamarnya beberapa menit kemudian, berpura-pura meminjam sesuatu agar aku bisa mengalihkan pikiranku dari kejadian tadi.
“Eh, kamu, ada apa?” tanya Rena sambil membuka pintu dengan senyum hangatnya.
Aku mencoba tersenyum santai. “Aku kehabisan kopi. Kamu punya cadangan, nggak?”
“Oh, ada kok. Tunggu sebentar, ya,” jawabnya sambil berjalan ke dapurnya.
Saat dia menyerahkan sekantong kopi, aku merasa lega bisa melihatnya langsung tanpa rasa bersalah. “Makasih, Rena. Aku benar-benar menghargainya.”
“Ah, santai saja. Kalau butuh apa-apa, bilang saja,” katanya dengan senyuman yang menenangkan.
Malam itu, aku belajar sesuatu. Ada garis tipis antara rasa penasaran dan penghormatan terhadap privasi Melihat Gadis Cantik lain. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak mengulanginya lagi. Rena adalah tetangga yang baik, dan aku tidak ingin merusak hubungan kami hanya karena dorongan sesaat.
Di kamar yang tenang itu, aku menyeduh kopi dan memulai kembali tugasku. Kali ini, dengan pikiran yang lebih tenang dan hati yang ringan, aku berusaha menjadi tetangga yang lebih baik.