RGB1688 – Senja mulai menyelimuti kota, dan lampu-lampu jalan perlahan menyala. Aku sedang berdiri di depan cermin, memastikan penampilanku cukup rapi untuk malam ini. Makan malam bersama dengan Rian, pacarku yang lima tahun lebih muda, selalu terasa istimewa. Meskipun usia kami berbeda, dia sering menunjukkan kedewasaan yang membuatku kagum.
Setelah memarkir mobil di depan restoran kecil favorit kami, aku melihat Rian sudah menungguku di dekat pintu. Dengan jaket kasualnya, ia terlihat santai tapi tetap menawan. Saat dia tersenyum dan melambaikan tangan, rasa hangat menjalar di hatiku.
“Kamu cantik malam ini,” ucapnya begitu aku mendekat.
Aku tersenyum kecil. “Dan kamu selalu tahu cara membuatku tersipu.”
“Baca Juga: Teman Sekelasku Mengajak Saya Belajar Bersama di Rumah hingga Kami Bercinta”
Kami masuk ke restoran dan memilih meja di dekat jendela, tempat kami bisa melihat pemandangan kota yang gemerlap. Pelayan datang dengan buku menu, tapi Rian sudah tahu apa yang akan kupesan.
“Dia mau salmon panggang, dan aku pesan steak medium rare,” katanya dengan percaya diri.
Aku terkekeh. “Kamu benar-benar hafal, ya.”
“Ya dong,” jawabnya santai. “Aku kan serius sama kamu.”
Makan Malam Bersama Selingkuhan
Obrolan kami mengalir ringan, membahas pekerjaan, rencana liburan, dan hal-hal kecil yang membuat kami tertawa. Rian, dengan selera humornya yang khas, selalu berhasil membuat suasana terasa nyaman. Namun, ada momen-momen kecil ketika aku merasa sadar akan perbedaan usia kami. Kadang aku khawatir, apakah dia benar-benar siap untuk hubungan yang serius?
“Kok kamu melamun?” tanyanya tiba-tiba, memotong pikiranku.
Aku tersenyum gugup. “Enggak, cuma lagi mikir aja.”
Rian meletakkan garpunya dan menatapku. “Kalau kamu mikir soal kita, aku cuma mau bilang… aku serius sama kamu, kok. Beda usia itu cuma angka.”
Aku tertegun. Seakan dia bisa membaca pikiranku. Tatapannya yang tulus membuatku merasa tenang.
“Aku tahu,” jawabku akhirnya. “Aku cuma enggak mau bikin kamu merasa terbebani karena beda usia ini.”
Dia tertawa kecil. “Kamu lucu. Justru aku yang belajar banyak dari kamu. Kamu bikin aku pengen jadi lebih baik.”
Aku tersenyum, merasakan kehangatan dalam kata-katanya. Malam itu, makan malam bersama terasa lebih lezat, obrolan lebih mendalam, dan kehadirannya lebih berarti. Saat kami selesai makan dan berjalan keluar restoran, dia menggenggam tanganku erat.
“Terima kasih, ya, udah percaya sama aku,” bisiknya sambil menatapku.
Aku mengangguk, merasa lega dan bahagia. Usia mungkin berbeda, tapi cinta yang kami miliki membuat segalanya terasa setara.
Malam itu, di bawah langit penuh bintang, aku merasa yakin bahwa hubungan ini layak diperjuangkan—apa pun tantangannya.