RGB1688 – Hari itu, suasana di lapangan sekolah terasa berbeda. Matahari bersinar cerah, dan para siswa bersemangat mengikuti kegiatan olahraga. Aku sedang duduk di bangku tribun, mengamati suasana sambil menunggu adikku yang tengah berlatih. Mataku tiba-tiba tertuju pada seorang wanita yang baru saja memasuki lapangan. Dia adalah seorang guru olahraga baru yang namanya sempat kudengar dari adikku, tapi ini pertama kalinya aku melihatnya secara langsung.
Dengan pakaian olahraga yang sederhana—kaus putih dan celana pendek hitam—dia memancarkan aura penuh energi. Rambutnya yang dikuncir rapi tampak berkilau di bawah sinar matahari, dan senyumnya seakan menghidupkan suasana.
Aku merasa jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya. Ada sesuatu tentang caranya berbicara kepada para siswa, gestur tangannya saat memberi arahan, dan tawa kecil yang terdengar setiap kali dia berinteraksi dengan mereka. Kepercayaan dirinya begitu alami, membuatnya tampak memikat tanpa usaha berlebihan.
“Baca Juga: Guru Les Privat yang Memiliki Tubuh yang Indah dan Berpakaian Ketat”
Sambil mencoba mengalihkan perhatian, aku pura-pura sibuk dengan ponselku. Namun, mataku terus mencuri pandang ke arahnya. Gerakannya begitu luwes saat memandu para siswa melakukan pemanasan. Setiap kali dia berjongkok atau menyesuaikan posisi tubuh untuk menunjukkan gerakan yang benar, aku merasa semakin terpesona.
Sesi Berlatih dengan Guru Olahraga
Ketika sesi olahraga selesai, para siswa mulai berhamburan meninggalkan lapangan. Guru olahraga itu tetap tinggal, memeriksa peralatan dan memastikan semuanya tertata rapi. Aku melihat ini sebagai kesempatan untuk mendekatinya, meski ada sedikit rasa gugup.
Aku berjalan ke arahnya, mencoba menyusun kalimat di kepalaku agar tidak terdengar aneh. “Permisi, Mbak. Guru olahraga baru di sini, ya?” tanyaku dengan senyum, berusaha terdengar santai.
Dia menoleh, tampak sedikit terkejut sebelum membalas dengan senyum ramah. “Iya, benar. Saya Dina. Maaf, saya belum pernah melihat Anda sebelumnya. Kakak dari salah satu siswa, ya?”
“Iya, adik saya di kelas 10. Saya sering mampir ke sini kalau ada waktu luang,” jawabku.
“Oh, senang bertemu dengan Anda. Jadi, bagaimana? Kesan pertama tentang olahraga di sini?” Dia tertawa kecil sambil menyeka keringat di dahinya.
Aku ikut tertawa. “Sepertinya lebih hidup sejak ada guru olahraga yang penuh semangat seperti Mbak Dina.”
Dina tertawa lagi, kali ini sedikit tersipu. “Ah, Anda terlalu memuji. Saya hanya mencoba melakukan yang terbaik.”
Percakapan kami berlangsung beberapa menit, cukup untuk mengenalnya lebih jauh. Ternyata Dina adalah seseorang yang sangat peduli dengan siswa dan senang menciptakan suasana yang menyenangkan di kelasnya. Semakin kami berbicara, semakin aku merasa nyaman.
Ketika aku akhirnya berpamitan, Dina berkata dengan senyum lebar, “Kapan-kapan mampir lagi, ya. Siapa tahu, kita bisa ngobrol lebih lama.”
Hari itu, aku pulang dengan perasaan hangat. Rasa penasaran dan keberanian untuk berkenalan ternyata membuahkan awal yang baik.