RGB1688 – Malam itu, hujan turun rintik-rintik, menciptakan simfoni lembut di atas genting kafe kecil di sudut kota. Aku menunggu seseorang yang tak kukenal dari jasa sewa pacar yang kupesan untuk cinta satu malam. Pacar sewaan, begitu istilahnya. Tak ada rencana besar—hanya ingin berbagi malam tanpa rasa canggung atau pertanyaan sulit.
Ketika pintu kafe terbuka, seorang wanita dengan mantel abu-abu masuk, membawa aroma manis parfum bunga. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Reina. Wajahnya lembut, dengan mata cokelat yang menenangkan, dan senyum ramah yang tak berlebihan.
“Kamu pasti Rian,” katanya sambil duduk. Suaranya lembut tapi percaya diri.
“Baca Juga: Non Ohana, Gadis Penghibur yang Memiliki Banyak Tamu Langganan”
Aku mengangguk, berusaha terlihat santai meski sedikit gugup. “Terima kasih sudah datang. Aku ingin sesuatu yang santai saja malam ini.”
Dia tersenyum, membuka tas kecilnya, dan mengeluarkan setumpuk kartu remi. “Bagaimana kalau kita main kartu? Santai, tanpa tekanan.”
Aku terkejut, tidak mengira pacar sewaan membawa ide sederhana seperti itu. “Main kartu? Tentu, kenapa tidak?”
Kami memilih meja di sudut, jauh dari hiruk-pikuk kafe. Reina mengocok kartu dengan cekatan, seperti seseorang yang sudah terbiasa melakukannya. Kami memulai dengan permainan sederhana, tertawa ketika salah satu dari kami melakukan kesalahan konyol.
Obrolan ringan mengalir di antara permainan. Dia bertanya tentang pekerjaanku, dan aku menjawab sambil balik bertanya tentang hobinya. Meski kami hanya dua orang asing, percakapan itu terasa alami. Reina memiliki cara membuat segalanya terlihat ringan, tanpa ada rasa canggung.
“Jadi, kenapa kamu memilih menyewa pacar untuk satu malam?” tanyanya tiba-tiba, suaranya tanpa nada menghakimi.
Jasa Sewa Pacar
Aku terdiam sesaat, lalu tersenyum kecut. “Kadang, aku hanya butuh seseorang untuk berbicara. Bukan karena aku kesepian, tapi… kadang dunia ini terasa terlalu berat untuk dihadapi sendirian.”
Reina mengangguk, tampak mengerti. “Kadang kita semua butuh itu, seseorang yang bisa hadir tanpa beban apa-apa.”
Hujan di luar semakin deras, menciptakan suasana yang menenangkan. Permainan kartu berlanjut, tapi kami lebih banyak bicara daripada bermain. Waktu berlalu begitu cepat, dan tiba-tiba jam menunjukkan tengah malam.
“Sepertinya aku harus pergi,” kata Reina jasa sewa pacar sambil membereskan kartu. Ada nada menyesal dalam suaranya yang membuatku ingin menahannya.
Aku tersenyum kecil. “Terima kasih untuk malam ini. Aku rasa ini lebih menyenangkan daripada yang kubayangkan.”
Reina menatapku, lalu berkata, “Kamu tahu, malam ini bukan hanya untukmu. Kadang, aku juga butuh momen seperti ini. Terima kasih sudah menjadi teman yang baik.”
Kami berpisah di depan kafe. Dia melambai sebelum masuk ke taksi yang sudah menunggunya. Hujan mulai reda, dan aku berdiri di sana, merasa lebih ringan daripada sebelumnya. Malam itu bukan tentang cinta atau gairah, tetapi tentang kehangatan dua orang asing yang saling memahami.