RGB1688 – Di sebuah kota kecil di Jepang, Ameri Ichinose adalah sosok yang dikenal karena kecantikannya, tetapi lebih dari itu, dia adalah perempuan dengan hati seluas samudra. Setiap harinya, ia mengelola sebuah pusat pelatihan kerja untuk membantu para pria yang kesulitan menemukan pekerjaan. Bukan sekadar tempat pelatihan, pusat itu menjadi rumah kedua bagi mereka yang merasa tertinggal oleh dunia.
Hari itu, Ameri Ichinose tengah sibuk menyusun dokumen untuk program barunya, yang akan melibatkan 50 pria dengan berbagai latar belakang. Dari mereka yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi, hingga yang belum pernah bekerja karena minimnya kesempatan. Baginya, setiap orang memiliki potensi yang hanya perlu sedikit dorongan untuk bersinar.
Di sudut ruang pelatihan, seorang pria bernama Riku berdiri dengan canggung. Dia kehilangan pekerjaannya sebagai teknisi dua tahun lalu. Hidupnya penuh tantangan, dan percaya diri yang dulu ia miliki mulai memudar. Ketika Ameri menghampirinya, ia menyapanya dengan senyuman hangat.
“Riku-san, apa kabar? Sudah siap untuk pelatihan hari ini?” tanya Ameri.
Riku mengangguk, walau dalam hatinya dia merasa ragu. “Saya akan mencoba, Ichinose-san. Tapi, saya takut tidak cukup baik untuk ini.”
Ameri tersenyum lembut. “Semua orang di sini datang dengan cerita masing-masing. Jangan khawatir tentang apa yang kamu pikirkan. Fokuslah pada apa yang bisa kamu capai. Aku akan membantumu.”
Hari demi hari, Ameri tak hanya menjadi mentor, tetapi juga sahabat bagi mereka. Dia mendorong setiap pria untuk menggali potensi mereka, memberikan motivasi, dan terkadang mendengarkan keluh kesah mereka.
Ameri Ichinose dan Riku Berbagi Cerita
Di tengah proses itu, tanpa disadari, Ameri dan Riku mulai berbagi lebih banyak cerita. Mereka saling mengenal lebih dalam—dari kegemaran Riku pada fotografi hingga mimpi Ameri untuk membuat program serupa di kota lain. Percakapan itu terasa ringan, tetapi penuh makna.
Suatu sore, setelah sesi pelatihan, Riku memberanikan diri untuk berbicara. “Ichinose-san, terima kasih untuk semuanya. Bukan hanya karena pelatihan ini, tapi karena membuatku percaya diri lagi.”
Ameri tersenyum, matanya berbinar. “Itu bukan karena aku, Riku-san. Itu karena kamu sendiri yang mau berubah. Aku hanya memberimu sedikit dorongan.”
Mereka tertawa bersama, dan di momen itu, sesuatu berubah. Bukan hanya rasa syukur, tapi juga rasa saling peduli yang lebih dalam. Ameri menyadari bahwa di balik setiap cerita yang ia bantu, ada ikatan yang tak terduga.
Program tersebut akhirnya sukses besar. Sebagian besar dari 50 pria itu mendapatkan pekerjaan tetap, termasuk Riku yang kini bekerja sebagai fotografer profesional. Di tengah keberhasilannya, Riku tahu ada satu hal yang masih ingin ia lakukan.
Di akhir acara perayaan keberhasilan program, Riku berdiri di hadapan Ameri dengan gugup. “Ichinose-san, aku tidak hanya menemukan pekerjaan di sini. Aku menemukan seseorang yang membuatku ingin terus maju. Apakah aku boleh mencoba memenangkan hatimu?”
Ameri terkejut, tetapi senyum itu kembali merekah. “Riku-san, kamu tahu aku tidak pernah berjanji hal mudah. Tapi, jika kamu yakin, aku ingin melihat sejauh mana usahamu.”